Ki Gombloh Ijo adalah seorang tokoh yang sering dimintai nasihat oleh warga Desa Sulanagar jika warga mengalami masalah dan kesulitan. Suatu saat datang Gundul Cungkring dan Gembel Pambuko, dua orang tim sukses Calon Kepala Desa Sulanagar, Sabar Bromonilo. Mereka datang untuk meminta pertimbangan, atau setidaknya dorongan moril, perihal masalah mereka menghadapi debat Cakades yang terkenal dengan sebutan "Super Tuesday".
Ki Gombloh Ijo: "Apa gerangan angger berdua datang kemari?"
Gundul Cungkring: "Nganu, Ki. Kami minta petunjuk supaya dapat memenangkan debat "Super Tusday" mendatang, untuk memuluskan jalan memenangi Pilkades Sulanagar bulan depan, Ki."
Gembel Pambuko: "Iya, Ki. Sejauh ini jalan kami sangat mulus tanpa halangan. Nah, tiba pada Super Tuesday ini kami akan berdebat dengan pesaing terberat kami dari kampung sebelah. Mohon petunjuk supaya nanti berhasil, kemudian sukses dalam "Primary" untuk memuluskan jalan memenangi Pilkades bulan depan."
Ki Gombloh Ijo: "Ah, itu mudah. Tinggal siapkan ubo rampenya. Selebihnya nanti aku urus. Tapi aku minta dua orang dari tim sukses kalian untuk membawa piyandel selama debat berlangsung."
Gundul Cungkring: "Untuk apa, Ki? Kalau boleh tahu gitu, hihi."
Ki Gombloh Ijo: "Ya, mereka berdua kalian tugaskan untuk menelusup batas wilayah penting Cakades kampung sebelah. Tapi, mereka harus mau ambles bumi, atau istilahnya "nggangsir". Bagaimana?"
Gundul Cungkring: "Kiro-kiro sopo yo, Dik Gembel?"
Gembel Pambuko: "Ehm. Sak ngertine aku Kancil Prucil karo Atmojo Penangkep biso ngono. Piye, Mas Gun?"
Gundul Cungkring: "Nggih pun, Ki. Kami siap. Lalu, apa yang harus mereka lakukan selain ambles bumi?"
Ki Gombloh Ijo: "Mereka harus berguling-guling di pekarangan rumput di batas wilayah Cakades kampung sebelah. Sebelum menggulingkan badan mereka, orang pertama harus mengaitkan kakinya di sela-sela pagar tralis besi pekarangan; sedangkan orang kedua harus mengaitkan baju yang dikenakannya pada gagang pintu besi pekarangan tersebut."
Gembel Pambuko: "Oh gitu, Ki."
Ki Gombloh Ijo: "Iya. Selebihnya Gombloh Ijo yang ngatur. Akan ku bukakan pintu gerbang besi itu dengan kekuatanku. Nanti aku akan menggunakan aji-aji Dluwang Jene untuk mendobrak gerbang tersebut."
Gundul Cungkring: "Baiklah, Ki. Matur nuwun sanget. Ehm, ini sekedar oleh-oleh untuk Ki Gombloh Ijo."
Ki Gombloh Ijo: "Wah, terima kasih. Iki opo kiye? Kok gremet-gremet koyo sotho galeng ngene?"
Gembel Pambuko: "Oh, itu Krupuk Pastes, Ki. Makanan khas kampung kami, hehe."
Ki Gombloh Ijo: "Wah, yo wes tak icipane. Sudah, pokoknya beres. Super Tuesday akan menjadi milik Cakades kalian."
Benar juga, Ki Gombloh Ijo sangat berperan dalam Super Tuesday dan Cakades Sabar Bromonilo sukses dalam debat. Dalam pada itu Kancil Prucil bercurah hati kepada Gundul Cungkring,
Kancil Prucil: "Mas, Gun. Kok Ki Gombloh Ijo tahu aku harus bagaimana, ya?"
Gundul Cungkring: "Ah, ya dia kan punya doyo linuwih. Kok malah dirimu galau gitu to? Ono opo?"
Kancil Prucil: "Ora kok, Mas. Cuma...."
Gundul Cungkring: "Cuma opo? Sing jelas kuwi mau kabeh ora cuma-cuma lho, cekakak!"
Kancil Prucil: "Mas Gun mosok ora paham?"
Gundul Cungkring: "Iyo, aku paham to yaa. Bai-nde-wei, Lee Chong Wei, Bao Chunlai, wis lupakan. Kita nge-teh wae yuk ning Kucingan?"
Kancil Prucil: "Bao Chunlai kan wis pensiun wingi, Mas..."
Ki Gombloh Ijo: "Apa gerangan angger berdua datang kemari?"
Gundul Cungkring: "Nganu, Ki. Kami minta petunjuk supaya dapat memenangkan debat "Super Tusday" mendatang, untuk memuluskan jalan memenangi Pilkades Sulanagar bulan depan, Ki."
Gembel Pambuko: "Iya, Ki. Sejauh ini jalan kami sangat mulus tanpa halangan. Nah, tiba pada Super Tuesday ini kami akan berdebat dengan pesaing terberat kami dari kampung sebelah. Mohon petunjuk supaya nanti berhasil, kemudian sukses dalam "Primary" untuk memuluskan jalan memenangi Pilkades bulan depan."
Ki Gombloh Ijo: "Ah, itu mudah. Tinggal siapkan ubo rampenya. Selebihnya nanti aku urus. Tapi aku minta dua orang dari tim sukses kalian untuk membawa piyandel selama debat berlangsung."
Gundul Cungkring: "Untuk apa, Ki? Kalau boleh tahu gitu, hihi."
Ki Gombloh Ijo: "Ya, mereka berdua kalian tugaskan untuk menelusup batas wilayah penting Cakades kampung sebelah. Tapi, mereka harus mau ambles bumi, atau istilahnya "nggangsir". Bagaimana?"
Gundul Cungkring: "Kiro-kiro sopo yo, Dik Gembel?"
Gembel Pambuko: "Ehm. Sak ngertine aku Kancil Prucil karo Atmojo Penangkep biso ngono. Piye, Mas Gun?"
Gundul Cungkring: "Nggih pun, Ki. Kami siap. Lalu, apa yang harus mereka lakukan selain ambles bumi?"
Ki Gombloh Ijo: "Mereka harus berguling-guling di pekarangan rumput di batas wilayah Cakades kampung sebelah. Sebelum menggulingkan badan mereka, orang pertama harus mengaitkan kakinya di sela-sela pagar tralis besi pekarangan; sedangkan orang kedua harus mengaitkan baju yang dikenakannya pada gagang pintu besi pekarangan tersebut."
Gembel Pambuko: "Oh gitu, Ki."
Ki Gombloh Ijo: "Iya. Selebihnya Gombloh Ijo yang ngatur. Akan ku bukakan pintu gerbang besi itu dengan kekuatanku. Nanti aku akan menggunakan aji-aji Dluwang Jene untuk mendobrak gerbang tersebut."
Gundul Cungkring: "Baiklah, Ki. Matur nuwun sanget. Ehm, ini sekedar oleh-oleh untuk Ki Gombloh Ijo."
Ki Gombloh Ijo: "Wah, terima kasih. Iki opo kiye? Kok gremet-gremet koyo sotho galeng ngene?"
Gembel Pambuko: "Oh, itu Krupuk Pastes, Ki. Makanan khas kampung kami, hehe."
Ki Gombloh Ijo: "Wah, yo wes tak icipane. Sudah, pokoknya beres. Super Tuesday akan menjadi milik Cakades kalian."
Benar juga, Ki Gombloh Ijo sangat berperan dalam Super Tuesday dan Cakades Sabar Bromonilo sukses dalam debat. Dalam pada itu Kancil Prucil bercurah hati kepada Gundul Cungkring,
Kancil Prucil: "Mas, Gun. Kok Ki Gombloh Ijo tahu aku harus bagaimana, ya?"
Gundul Cungkring: "Ah, ya dia kan punya doyo linuwih. Kok malah dirimu galau gitu to? Ono opo?"
Kancil Prucil: "Ora kok, Mas. Cuma...."
Gundul Cungkring: "Cuma opo? Sing jelas kuwi mau kabeh ora cuma-cuma lho, cekakak!"
Kancil Prucil: "Mas Gun mosok ora paham?"
Gundul Cungkring: "Iyo, aku paham to yaa. Bai-nde-wei, Lee Chong Wei, Bao Chunlai, wis lupakan. Kita nge-teh wae yuk ning Kucingan?"
Kancil Prucil: "Bao Chunlai kan wis pensiun wingi, Mas..."